Breaking News

Mengenal Mandalika Lombok: Lebih dari Sekadar Destinasi Wisata

trendingtopik.com - Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Lombok telah menjadi sorotan nasional dan internasional sebagai destinasi super prioritas yang tak hanya memukau dengan keindahan alamnya, tetapi juga membawa dampak ekonomi signifikan bagi masyarakat lokal. Di balik gemerlapnya event MotoGP dan promosi wisata besar-besaran, ada cerita tentang transformasi kawasan yang menyentuh banyak lapisan masyarakat. Artikel ini akan membahas sisi lain dari Mandalika yang jarang diangkat oleh media arus utama.

Mengenal Mandalika Lombok: Lebih dari Sekadar Destinasi Wisata
Mengenal Mandalika Lombok: Lebih dari Sekadar Destinasi Wisata

Riset Langsung di Lapangan: Mendengar Suara Masyarakat Lokal

Sebagai penulis yang ingin menyajikan informasi otentik, saya melakukan kunjungan langsung ke KEK Mandalika pada Juli 2025. Dalam kunjungan ini, saya bertemu dengan beberapa pelaku UMKM yang menggantungkan harapannya pada geliat pariwisata di kawasan tersebut. Salah satunya adalah Ibu Sari, seorang pengrajin tenun Sasak yang telah berjualan di kawasan Kuta Mandalika jauh sebelum KEK diresmikan.

Menurut Ibu Sari, dampak pembangunan KEK Mandalika memang terasa dari sisi peningkatan jumlah wisatawan, namun tantangannya terletak pada persaingan produk yang semakin ketat. “Sekarang banyak kios modern yang masuk, kami harus lebih kreatif agar produk kami tetap diminati,” ujarnya.

Selain berdiskusi dengan pelaku UMKM, saya juga menghadiri forum diskusi publik yang diselenggarakan oleh ITDC. Forum ini membahas pengembangan infrastruktur hijau dan strategi keberlanjutan Mandalika ke depan. Dari diskusi tersebut, saya mendapatkan insight tentang tantangan pengelolaan limbah, ketersediaan air bersih, serta upaya mendorong wisata berbasis budaya lokal.

KEK Mandalika: Antara Visi Ekonomi dan Realitas Sosial

KEK Mandalika memiliki luas 1.035,67 hektare dan dikelola oleh PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). Kawasan ini ditetapkan sebagai destinasi super prioritas oleh pemerintah dengan target menjadi pusat wisata internasional yang menyerap ribuan tenaga kerja lokal.

Namun di balik data makro tersebut, ada persoalan sosial yang perlu dicermati. Konflik lahan, misalnya, menjadi isu yang masih membayangi. Beberapa warga mengaku belum sepenuhnya mendapatkan kejelasan status kepemilikan lahan pasca penetapan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) oleh pengembang. Situasi ini memunculkan ketegangan antara kebutuhan pengembangan kawasan dengan hak-hak warga yang harus dilindungi.

Dalam laporan dari Mongabay Indonesia, disebutkan bahwa proses sosialisasi dan mediasi konflik agraria di Mandalika perlu diperkuat agar pembangunan yang berjalan tidak meninggalkan luka sosial di kemudian hari. Isu ini menjadi penting untuk diangkat agar pembangunan KEK Mandalika benar-benar menghadirkan kesejahteraan yang merata bagi masyarakat sekitar.

Dampak Ekonomi: Peluang dan Tantangan Bagi UMKM Lokal

Salah satu dampak positif KEK Mandalika adalah meningkatnya peluang bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal. Data dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menunjukkan bahwa hingga pertengahan 2025, sudah lebih dari 7.200 tenaga kerja terserap di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di kawasan ini.

Program pendampingan UMKM yang dilakukan oleh berbagai lembaga juga turut mendorong peningkatan kualitas produk lokal, mulai dari kerajinan tangan, kuliner khas, hingga homestay berbasis komunitas. Meski demikian, tantangan terbesar bagi pelaku UMKM terletak pada akses pasar yang kompetitif dan kemampuan bersaing dengan produk-produk dari luar daerah yang masuk ke kawasan Mandalika.

Menurut hasil wawancara saya dengan pengelola koperasi lokal, penting bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan pelatihan digital marketing agar mampu menjangkau pasar yang lebih luas, termasuk wisatawan internasional yang datang saat event besar seperti MotoGP.

Mandalika dan Event Internasional: Lebih dari Sekadar Sirkuit

Mandalika International Street Circuit menjadi ikon baru pariwisata Lombok yang mendunia. Event MotoGP yang diselenggarakan di sirkuit ini berhasil menarik ribuan wisatawan, sekaligus mengangkat nama Mandalika di mata dunia. Namun, ada tantangan besar dalam memastikan agar event-event internasional tersebut memberikan dampak berkelanjutan bagi masyarakat lokal, bukan sekadar euforia sesaat.

Dalam forum diskusi yang saya hadiri, sejumlah akademisi dan pegiat pariwisata menekankan pentingnya strategi “Beyond the Event” — yaitu memastikan bahwa wisatawan yang datang tidak hanya fokus pada event besar, tetapi juga mengeksplorasi destinasi-destinasi lokal di sekitar Mandalika. Upaya ini bisa dilakukan melalui penguatan paket wisata budaya, ekowisata, serta promosi produk UMKM berbasis cerita (storytelling product).

Budaya Lokal: Aset Tak Tergantikan Mandalika

Salah satu kekayaan terbesar Mandalika adalah budaya masyarakat Sasak yang otentik. Di tengah geliat modernisasi, budaya lokal seringkali terpinggirkan dari pusat perhatian. Padahal, inilah yang menjadi pembeda Mandalika dari destinasi wisata lainnya di Indonesia.

Dalam kunjungan saya ke Desa Sade, yang hanya berjarak sekitar 10 kilometer dari KEK Mandalika, saya menyaksikan bagaimana tradisi tenun ikat, rumah adat berbahan alang-alang, serta ritual adat masih dipertahankan oleh warga setempat. Potensi inilah yang seharusnya menjadi daya tarik utama Mandalika di mata wisatawan global yang semakin mencari pengalaman autentik, bukan sekadar destinasi mainstream.

Untuk itu, sinergi antara pemerintah, pengembang kawasan, dan masyarakat lokal menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan antara pengembangan infrastruktur modern dan pelestarian budaya.

Mandalika Lombok di Mata Wisatawan: Perspektif yang Harus Diubah

Hingga saat ini, pencarian tentang Mandalika Lombok di internet masih didominasi oleh informasi seputar event MotoGP atau promosi wisata mainstream. Padahal, Mandalika memiliki banyak sisi lain yang layak untuk diangkat, mulai dari cerita perjuangan pelaku UMKM, upaya pelestarian budaya lokal, hingga tantangan lingkungan yang dihadapi di tengah pembangunan masif.

Sebagai pembuat konten, kita memiliki tanggung jawab untuk menyajikan narasi yang lebih utuh dan berimbang. Bukan hanya sekadar mengikuti tren pencarian, tetapi juga menyajikan informasi yang membantu pembaca memahami realitas yang ada di lapangan.

Dengan pendekatan ini, Mandalika Lombok bukan hanya dikenal sebagai destinasi wisata unggulan, tetapi juga sebagai contoh kawasan yang berkembang dengan prinsip keberlanjutan, inklusif, dan menghargai kearifan lokal.


Tidak ada komentar