Breaking News

Erupsi Gunung Lewotobi: Ancaman Nyata dan Dampaknya terhadap Masyarakat NTT

Kronologi Erupsi dan Status Gunung

trendingtopik.comPada pertengahan Juni 2025, Gunung Lewotobi Laki-laki kembali menunjukkan aktivitas vulkanik yang signifikan. Menurut laporan resmi dari PVMBG, erupsi terjadi pada pukul 08.20 WITA dengan kolom abu setinggi kurang lebih 1.500 meter di atas puncak. Arah sebaran abu mengarah ke barat laut, membawa risiko langsung bagi sejumlah desa di sekitarnya.


PVMBG kemudian meningkatkan status gunung dari Siaga (Level III) menjadi Awas (Level IV), yang merupakan level tertinggi dalam sistem pemantauan gunung api di Indonesia. Hal ini berarti bahwa erupsi susulan dengan potensi lebih besar sangat mungkin terjadi, termasuk lontaran material vulkanik, awan panas, dan hujan abu tebal.

Dampak Sosial dan Geografis

Erupsi Gunung Lewotobi berdampak langsung terhadap warga di Kabupaten Flores Timur, khususnya desa-desa seperti Boru, Klatanlo, Nurabelen, dan Jontona. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lebih dari 2.100 warga telah dievakuasi ke lokasi pengungsian sementara. Posko pengungsian disiapkan di beberapa titik aman, dilengkapi dengan logistik darurat, layanan kesehatan, dan perlindungan anak.

Aktivitas pendidikan pun terhenti sementara. Sekolah-sekolah di radius 5–6 kilometer dari kawah gunung ditutup untuk menjaga keselamatan siswa dan guru dari paparan abu vulkanik. Selain itu, visibilitas yang rendah menyebabkan gangguan pada jalur transportasi darat di wilayah Larantuka dan sekitarnya.

Sebagai bentuk tanggap darurat, pemerintah setempat bersama tim SAR dan relawan mendistribusikan masker, air bersih, serta paket makanan untuk warga terdampak. Beberapa bandara di wilayah Nusa Tenggara Timur juga melakukan pemantauan ketat terhadap jalur penerbangan, meskipun hingga kini belum ada pembatalan penerbangan besar.

Penjelasan Ahli Vulkanologi

Dr. Iwan Kurniawan, peneliti senior di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), menyatakan bahwa aktivitas Gunung Lewotobi merupakan bagian dari siklus alami vulkanisme yang berulang setiap beberapa dekade. Ia menjelaskan bahwa struktur ganda Gunung Lewotobi (Laki-laki dan Perempuan) memungkinkan adanya interaksi tekanan magma yang kompleks.

“Erupsi kali ini didominasi oleh letusan strombolian dengan semburan abu dan batuan pijar. Namun, potensi transisi ke letusan yang lebih eksplosif tetap ada,” ujar Dr. Iwan. Ia juga menambahkan bahwa pemantauan dilakukan secara real-time dengan alat seismograf, satelit thermal, dan drone pengintai.

Informasi ini sangat penting untuk disampaikan secara luas agar masyarakat memahami bahwa risiko bencana bukan hanya pada letusan awal, melainkan juga bahaya susulan seperti banjir lahar hujan yang bisa terjadi saat musim penghujan tiba.

Sejarah Letusan Gunung Lewotobi

Gunung Lewotobi bukan nama baru dalam sejarah geologi Indonesia. Gunung kembar ini pernah meletus hebat pada tahun 1935, 1970, dan terakhir tercatat aktivitas signifikan pada tahun 2003. Letusan sebelumnya mengakibatkan kerusakan lahan pertanian, rumah warga, dan korban jiwa.

Lewotobi termasuk dalam kategori stratovolcano yang memiliki karakteristik letusan eksplosif dengan viskositas magma tinggi. Aktivitas erupsi dapat berlangsung dalam hitungan hari hingga berbulan-bulan, tergantung pada tekanan gas dan suplai magma di bawah permukaan.

Konteks sejarah ini penting sebagai pengingat bahwa mitigasi bencana harus disiapkan bukan hanya untuk kondisi saat ini, tetapi juga untuk kemungkinan jangka panjang yang bisa lebih parah.

Respons Pemerintah dan Lembaga Terkait

Pemerintah Provinsi NTT bersama TNI, Polri, dan BNPB telah mengaktifkan sistem tanggap darurat bencana. Kepala BNPB, Letjen Suharyanto, menyatakan bahwa semua kebutuhan dasar warga terdampak menjadi prioritas, termasuk pengamanan area rawan longsor dan pembukaan jalur evakuasi alternatif.

BMKG dan PVMBG juga secara aktif memberikan update melalui media sosial, laman resmi, dan aplikasi peringatan dini. Salah satu fitur penting adalah peta radius bahaya yang menunjukkan area 3–6 km dari kawah sebagai zona merah.

Langkah mitigasi juga melibatkan edukasi publik, seperti sosialisasi prosedur evakuasi, pelatihan relawan, dan simulasi tanggap bencana di sekolah-sekolah. Ini menunjukkan bahwa strategi penanganan bencana saat ini lebih menyeluruh, dengan kombinasi antara teknologi, kebijakan pemerintah, dan partisipasi warga.

Suara Warga dari Lapangan

Wawancara dengan warga desa Nurabelen, Maria W., menggambarkan bagaimana erupsi secara nyata mengubah kehidupan masyarakat. “Kami mendengar suara gemuruh subuh-subuh. Lalu hujan abu turun, menutupi semua halaman. Anak-anak kami ketakutan,” ujar Maria sambil menggendong anak balitanya.

Beberapa warga bahkan menyatakan trauma dengan letusan serupa yang terjadi dua dekade lalu. Meski demikian, mereka bersyukur karena proses evakuasi berlangsung tertib dan cepat.

Cerita-cerita seperti ini menjadi elemen penting dalam membangun narasi pengalaman nyata (experience) masyarakat terdampak, yang memperkuat dimensi E-E-A-T dalam pelaporan peristiwa bencana.

Peran Media dalam Menyampaikan Informasi

Media lokal dan nasional memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi akurat tentang erupsi Gunung Lewotobi. Namun, penting bagi publik untuk tidak hanya mengandalkan media sosial, yang kerap menyebarkan hoaks dan spekulasi yang menyesatkan.

Sumber tepercaya seperti PVMBG, BNPB, dan laman resmi pemerintah menjadi rujukan utama dalam memahami perkembangan terbaru. Untuk itu, pembaca dapat mengikuti info resmi dari instansi terkait agar tidak terpengaruh informasi palsu yang menimbulkan kepanikan.

Selain itu, media seperti trendingtopik.com juga memuat laporan terpercaya seputar eruption Mount Lewotobi yang bisa dijadikan referensi tambahan.

Apa yang Harus Dilakukan oleh Warga?

Bagi masyarakat yang tinggal dalam radius 6 km dari kawah, imbauan utama adalah untuk tidak melakukan aktivitas apapun dan mengikuti arahan petugas. Beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan:

  • Gunakan masker dan pelindung mata saat berada di luar ruangan
  • Tutup sumber air dan makanan untuk mencegah kontaminasi abu
  • Simpan dokumen penting dalam tas darurat
  • Ikuti update resmi melalui kanal PVMBG dan BNPB
  • Jangan mudah percaya pada video atau pesan berantai tanpa sumber yang jelas

Bagi warga di luar zona bahaya, dukungan bisa diberikan dalam bentuk bantuan logistik, relawan, atau penyebaran informasi terpercaya.


Tidak ada komentar